Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah
====================================
====================================
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah (Arabic: شريف هداية الله Sharīf Hidāyah Allāh) atau Sayyid Al-Kamil adalah salah seorang dari Walisongo.
Dilahirkan Tahun 1448 Masehi dari pasangan Syarif Abdullah Umdatuddin bin Ali Nurul Alim (seorang penguasa mesir) dan Nyai Rara Santang, Putri Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangidari Kerajaan Padjajaran (yang setelah masuk Islam berganti nama menjadi Syarifah Mudaim).[3]
Syarif HidayatullahMasa kekuasaan(1479 - 1568).
Syarif HidayatullahMasa kekuasaan(1479 - 1568).
Lahir: 1448
Wafat:19 September 1569
Tempat wafat: Keraton Pakungwati, Kesultanan Cirebon Pemakaman Komplek makam Gunung Sembung, Gunung Jati, Cirebon.
Wafat:19 September 1569
Tempat wafat: Keraton Pakungwati, Kesultanan Cirebon Pemakaman Komplek makam Gunung Sembung, Gunung Jati, Cirebon.
Syarif Hidayatullah sampai di Cirebon pada tahun 1470 Masehi, yang kemudian dengan dukungan Kesultanan Demak dan Raden Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana (Raja Cirebon pertama sekaligus uwak Syarif Hidayatullah dari pihak ibu), ia dinobatkan menjadi Raja Cirebon ke-2 pada tahun 1479dengan gelar Maulana Jati.
Nama Syarif Hidayatullah kemudian diabadikan menjadi nama Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta di daerah Tangerang Selatan, Banten.Sedangkan nama Gunung Jati diabadikan menjadi nama Universitas Islam negeri di Bandung, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati.
Syarif Hidayatullah adalah putera dari Syarif Abdullah Umdatuddin bin Ali Nurul Alim yang bergelar Sultan Mahmud (Sultan Hud) dan merupakan penguasa Mesir yang menikah dengan Nyi Mas Rara Santang puteri dari Jayadewata yang bergelar Sri Baduga Maharaja yang setelah menikah dengan Syarif Abdullah bergelar Syarifah Mudaim.
Ayah Syarif Hidayatullah adalah seorang penguasa Mesir, putera dari Ali Nurul Alim bin Jamaluddin Akbar al-Husaini, seorang keturunan dari Sayyid Abdul Malik Azmatkhandan Alwi Amir Fakih Mesir.
Pada masa lalu terdapat puluhan naskah yang menjelaskan tentang silsilah Syarif Hidayatullah yang diklaim oleh beberapa pihak dan menimbulkan kesimpangsiuran sehingga pada masa pertemuan agung para cendekiawan, sejarahwan, bangsawan dan alim ulama senusantara dan mancanegara (bahasa Cirebon : Gotra sawala) pertama yang dimulai pada tahun 1677 di Cirebonmaka Pangeran Raja (PR) Nasiruddin (bergelar Wangsakerta) mengadakan penelitian dan penelusuran serta pengkajian naskah-naskah tersebut bersama para ahli-ahli dibidangnya. Hasilnya pada tahun 1680 disusunlah kitab Negara Kertabumi yang didalamnya memuat bab tentang silsilah Syarif Hidayatullah (Tritiya Sarga) yang sudah diluruskan dari kesimpangsiuran klaim oleh banyak pihak.
SALAHSILAH KETURUNAN
=======================
=======================
Pelurusan sejarah silsilah dalam Negara Kertabumi
Pelusuran sejarah tentang asal-usul Syarief Hidayatullah telah dilakukan oleh Pangeran Raja (PR) Nasiruddin dengan melakukan penelitian terhadap naskah naskah yang ada dengan dibantu oleh para ahli di bidangngnya dalam pertemuan agung Gotra Sawala pertama di Cirebon, penelusuran tersebut menghasilkan sebuah kitab yang diberi nama Negara Kertabhumi yang memuat bab tentang silsilah Syarief Hidayatullah dalam Tritiya Sarga, isinya sebagai berikut ;
Syarif Hidayatullah / Sayyid Al-Kamil / Susuhunan Jati / Susuhunan Cirebon, bin
Syarif Abdullah + Nyi Hajjah Syarifah Mudaim binti Raja Pajajaran Sunda (Nyi Mas Rara Santang)
Ali Nurrul Alim + Puteri Mesir
Jamaluddin Al-Husein
Al-Amir Akhmad Syekh Jalaludin
Amir Abdullah Khanuddin
Abdul Malik (India)
Alwi Amir Fakih Mesir
Muhammad
Alwi
Muhammad
Ali Al-Gazam
Ubaidillah
Akhmad Al-Muhajir
Isa Al-Bakir
Idris Al-Muhammad An-Nakib
Kasim Al-Kamil / Ali Al-Uraid
Jaffarus Sadik dari Parsi (Persia)
Muhammad Al-Bakir
Zainal Abiddin
Husein As-Sabti
Sayyidah Fatimah Al-Zahra RA
Nabi Muhammad Rasulullah SAW
Abdullah
Abdul Muthalib
Hasyim
Abdul Manaf
Kusyaiyi
Kyai Kilab
Mauroh
Kangab
Luayyi
Galib
Fihir
Malik
Nadir
Kinanah
Khujaimah
Mudrikah
Ilyas
Mudar
Nijar
Mangad
Adnan
Addi
Addad
Hamyas
Salaman
Bista
Sahail
Jamal
Haidar
Nabi Ismail
Nabi Ibrahim
Tarikka
Nakur
Sarug
Abir
Syalik
Pinan
Arfakasyadz
Sam
Nabi Nukh
Lamik
Matuslak
Mahnauk
Yaridz
Mahkail
Kinan
Anwas
Syis
Nabi Adam + Siti Hawa.
versi kitab Syamsu Azh Zhahirah fi Nasabi Ahli al-BaitSunting
Sebagaimana yang tercatat dalam silsilah Syarif Hidayatullah di sebuah organisasi peneliti nasab Naqobatul Asyrof al-Kubrodan Rabithah Alawiyah, yang juga tercantum dalam kitab Syamsu Azh Zhahirah fi Nasabi Ahli al-Bait karya ulama Yaman, Sayyid Abdurrohman bin Muhammad al-Masyhur, silsilah lengkap Syarif Hidayatullah adalah sebagai berikut[3][8]:
Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati putera dari
Syarif Abdullah Umdatuddin Azmatkhan bin
Sayyid Ali Nurul Alam Azmatkhan bin
Sayyid Jamaluddin Akbar Azmatkhan al-Husaini (Syekh Jumadil Kubro) bin
Sayyid Ahmad Jalal Syah Azmatkhan bin
Sayyid Abdullah Azmatkhan bin
Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin
Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadramaut) bin
Sayyid Muhammad Shahib Mirbath(Hadramaut) bin
Sayyid Ali Kholi’ Qosim bin
Sayyid Alawi ats-Tsani bin
Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah bin
Sayyid Alawi Awwal bin
Sayyid al-Imam ‘Ubaidillah bin
Sayyid Ahmad al-Muhajir bin
Sayyid ‘Isa Naqib ar-Rumi bin
Sayyid Muhammad an-Naqib bin
Sayyid al-Imam Ali Uradhi bin
Sayyidina Ja'far ash-Shadiq bin
Sayyidina Muhammad al-Baqir bin
Sayyidina Ali Zainal Abidin bin
Sayyidina Husain bin
Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fatimah az-Zahra binti
Sayyidina Muhammad S.A.W.
Raden Syarif Hidayatullah mewarisi kecendrungan spiritual dari kakek buyutnya, Jamaluddin Akbar al-Husaini, sehingga ketika telah selesai menimba ilmu di pesantren Syekh Datuk Kahfi ia meneruskan pembelajaran agamanya ke Timur Tengah.
Babad Cirebon menyebutkan, ketika Pangeran Cakrabuwana membangun Kota Cirebon dan tidak mempunyai pewaris, maka sepulang dari Timur Tengah Syarif Hidayatullah mengambil peranan mambangun kota dan menjadi pemimpin perkampungan Muslim yang baru dibentuk itu setelah Uwaknya wafat.
Babad Cirebon menyebutkan, ketika Pangeran Cakrabuwana membangun Kota Cirebon dan tidak mempunyai pewaris, maka sepulang dari Timur Tengah Syarif Hidayatullah mengambil peranan mambangun kota dan menjadi pemimpin perkampungan Muslim yang baru dibentuk itu setelah Uwaknya wafat.
Pernikahan
==========
Memasuki usia dewasa (sekitar tahun 1470 - 1480) ia menikahi adik dari Bupati Banten saat itu, Nyai Kawunganten. Dari pernikahan ini lahirlah Ratu Wulung Ayu dan Maulana Hasanuddin. Maulana Hasanuddin inilah yang kelak menjadi Raja Banten pertama.
==========
Memasuki usia dewasa (sekitar tahun 1470 - 1480) ia menikahi adik dari Bupati Banten saat itu, Nyai Kawunganten. Dari pernikahan ini lahirlah Ratu Wulung Ayu dan Maulana Hasanuddin. Maulana Hasanuddin inilah yang kelak menjadi Raja Banten pertama.
Syekh Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati berpulang ke rahmatullah pada tanggal 26 Rayagung tahun 891 Hijriah atau bertepatan dengan tahun 1568 Masehi. Tanggal Jawanya adalah 11 Krisnapaksa bulan Badramasa tahun 1491 Saka.
Meninggal dalam usia 120 tahun, sehingga putra dan cucunya tidak sempat memimpin Cirebon karena meninggal terlebih dahulu, melainkan cicitnya yang memimpin Kesultanan Cirebon setelah wafatnya Syarif Hidayatullah.
Syekh Syarif Hidayatullah kemudian dikenal dengan Sunan Gunung Jati karena dimakamkan di Bukit Gunung Jati.
No comments:
Post a Comment