............." AMALAM PUASA PATIGENI ".............
MANTRANYA :
Niat ingsun patigeni
Asirep rapet maring geni lan sinar
Aku bali maring pepeteng
Kadyo purwaning dumadi mring alam luwung
Sajroning guwo garbaning sang ibu
Sedulur papat limo pancer
Tumekaning sang jabang bayine
kakang kawah adi ari-ari,
kiblat papat limo pancer
Nyawiji mring ngarsane Gusti
Niatku patigeni
Asirep rapet maring geni lan sinar
Aku bali maring pepeteng
Kadyo purwaning dumadi mring alam luwung
Sajroning guwo garbaning sang ibu
Sedulur papat limo pancer
Tumekaning sang jabang bayine
kakang kawah adi ari-ari,
kiblat papat limo pancer
Nyawiji mring ngarsane Gusti
Niatku patigeni
Rapal di atas adalah rapal untuk memulai laku patigeni. Puasa Patigeni adalah laku untuk mendapatkan petunjuk dan hidayah dari Allah SWT sebagaimana yang dijalani oleh para leluhur/nenek moyang di tanah Jawa, dan dijalani langsung oleh Sunan Kalijaga.
Kenapa harus patigeni ? Dalam hidup kita, terkadang kita merenungkan apakah perjalanan hidup yang kita jalani ini sudah sesuai dengan kehendak-Nya. Atau justeru sebaliknya, kita merasa bahwa selama ini kita menjalani hidup atas dasar kehendak kita sendiri. Kita seperti terlempar ke dunia tanpa pegangan hidup yang pasti.
Kenapa harus patigeni ? Dalam hidup kita, terkadang kita merenungkan apakah perjalanan hidup yang kita jalani ini sudah sesuai dengan kehendak-Nya. Atau justeru sebaliknya, kita merasa bahwa selama ini kita menjalani hidup atas dasar kehendak kita sendiri. Kita seperti terlempar ke dunia tanpa pegangan hidup yang pasti.
Agama yang telah kita anut semenjak kecil pun terasa hampa karena hanya difahami dari segi syariat, aturan, hukum yang terasa kehilangan “jiwa” atau “ruh” agama. Agama (dalam pemahaman kita yang sempit) kadang juga kita rasakan tidak mampu menyediakan jawaban-jawaban bagi masalah hidup sehari-hari yang semakin kompleks. Mental kita sudah tidak bersih lagi. Jalur ruhani kita sudah tidak terhubung dengan jalur ruhani alam semesta. Hidup kita terasa mengambang dan sesak oleh nafsu dan angkara murka.
Untuk mengembalikan jati diri kita sebagai makhluk yang religius, selaras dan serasi dengan dunia batin dan dunia lahir, atau alam semesta metafisik dan fisik sehingga nanti kita mendapatkan anugerah dari Tuhan berupa rasa dekat, rasa tenang, tenteram, ikhlas dan tawaduk, polos, jujur, apa adanya serta bebas dari belenggu problem yang menghimpit maka para leluhur/nenek moyang menyarankan agar kita melakoni PATIGENI. Yaitu laku/amalan tidak menggunakan "geni" atau api selama tiga hari.
Laku PATIGENI memiliki falsafah yang sangat mendalam. Yaitu mematikan unsur API di dalam tubuh metafisik/psikis/badan astral dan fisik kita. Unsur API adalah unsur Iblis yang membawa manusia pada nafsu-nafsu negatif seperti AMARAH, BENCI, IRI, DENGKI, INGIN MEMILIKI DAN MENGUASAI, MENGALAHKAN, MENAKLUKKAN, bahkan MEMBUNUH. Unsur API yang tidak bisa dikendalikan oleh manusia akan mengakibatkan dia masuk ke dalam NAAR (NERAKA).
Laku PATIGENI memiliki falsafah yang sangat mendalam. Yaitu mematikan unsur API di dalam tubuh metafisik/psikis/badan astral dan fisik kita. Unsur API adalah unsur Iblis yang membawa manusia pada nafsu-nafsu negatif seperti AMARAH, BENCI, IRI, DENGKI, INGIN MEMILIKI DAN MENGUASAI, MENGALAHKAN, MENAKLUKKAN, bahkan MEMBUNUH. Unsur API yang tidak bisa dikendalikan oleh manusia akan mengakibatkan dia masuk ke dalam NAAR (NERAKA).
Laku puasa patigeni lebih terasa khusyuk dan meditatif kalau kita lakukan di tempat-tempat yang sunyi dan sepi. Misalnya di dalam gua yang benar-benar gelap tidak ada cahaya yang masuk. Atau di dalam kamar yang sangat gelap hingga tidak ada cahaya yang menerobos ke dalamnya. Sebelum melakukan patigeni, kita diminta untuk mandi hingga bersih dan memakai pakaian yang bersih. Akan lebih baik bila kita mandi dengan air kembang setaman/bunga 7 jenis dan ditambah dengan wewangian yang semerbak. Niat juga ditata untuk melakukan pembersihan diri.
Selanjutnya, mulai untuk memasuki kamar atau gua yang telah dipilih sebelumnya. Seluruh lampu/cahaya yang masih ada dimatikan. Kita berada di dalam gelap seperti di alam Suwung/ kosong dan tidak melakukan aktivitas apapun selama tiga hari tiga malam. Tidak makan dan tidak minum. Posisi badan duduk semedi/meditasi, kalau penat boleh bersandar atau dalam posisi berbaring.
Selanjutnya bacalah rapal mantra yang ada di tadi…..
Fokus fikiran hanya tertuju pada Tuhan Yang Maha Esa. Mengamati jalan masuk dan keluarnya nafas. Saat menarik nafas katakan 'Hu' dalam hati.. saat mengeluarkan nafas mengatakan 'Allah.'
Tiga hari tiga malam, misalnya dimulai pada jam 12.00 malam dan tiga hari kemudian tepat pukul 12.00 malam laku itu dihentikan. Selama itu, kita hanya manyembah kepada Allah. Tidak berkomunikasi dengan siapapun kecuali dengan DIRI SEJATI yang terletak di dalam lapisan diri yang paling dalam. Di sanalah nanti kita akan merasakan PANCARAN DIRI TUHAN KE DALAM DIRI MANUSIA.
Apabila dilakukan dengan ikhlas, pasrah dan ikhlas tidak mengharapkan atau mentargetkan apa-apa, maka kita akan benar-benar merasakan seluruh diri kita adalah bagian dari eksistensi Allah. Petunjuk-Nya yang jelas akan kita dapatkan sehingga kita mampu selalu BERKOMUNIKASI dengan-Nya dimanapun kita berada.
Inilah MODAL TERBESAR hidup manusia, yaitu YAKIN YANG SEYAKIN YAKINNYA BAHWA DIRI KITA SELALU MENDAPATKAN PEMBELAJARAN DARI GURU SEJATI (TUHAN) SECARA LANGSUNG.
Dan setelah puasa laku patigeni selesai, kita akan merasakan momentum saat kita terlahir kembali ke dunia ini. Suci seperti bayi yang baru saja dilahirkan dari rahim ibu ke rahim alam semesta.
Semoga bermanfaat buat sahabat2 kampus semua,amiin ya Allah...
Semoga bermanfaat buat sahabat2 kampus semua,amiin ya Allah...
OLEH :
TOK PENJEJAK BADAI.
No comments:
Post a Comment