Trending

Monday, 21 May 2018

AKU bersaksi di hadapan Dzat-KU sendiri


AKU bersaksi di hadapan Dzat-KU sendiri
Sesungguhnya tiada Tuhan selain AKU
AKU bersaksi sesungguhnya Muhammad itu utusan-KU
Sesungguhnya yang disebut Allah itu badan-KU
Rasul itu rasa-KU
Muhammad itu Cahaya-KU
AKU lah yang hidup tidak terkena kematian
AKU lah yang sentiasa ingat tanpa tersentuh lupa
AKU lah yang kekal tanpa terkena perubahan di segala keadaan
AKU lah yang selalu mengawasi dan tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengawasan-KU
AKU lah yang Maha Kuasa, yang bijaksana, tiada kekurangan dalam pengertian
Wahai AKU...
Salam Agung diri-KU untuk diri-KU...
Aku tidak akan meninggalkan diri-KU, karena dinamakan AKU adalah satu.
Wahai AKU...
AKU tidak mau ilusi pikiran KU kotor oleh selain AKU.
Karena AKU begitu mencintai diriKU sendiri. Tidak ada selain diriKU yang selalu KU Puja dan sembah.
Wahai AKU hanya AKUlah yang memiliki diri-KU.
Wahai AKU Sungguh Maha Suci - Sesuci-suci-Nya AKU..
Maha Sempurna AKU,
Maha Terpuji Perbuatan-KU..
Tidak Ada Yang Patut DiPuja dan DiPuji Kecuali AKU.
Wahai AKU pujilah AKU, Tiada yang patut dipuji kecuali AKU.
Wahai AKU,
Segala puji bagi diri-KU....
Segala kebanggaan hanya untuk diri-KU....
Wahai AKU untuk KU Segala Puji....
Wahai AKU kecukupan-KU pada diri-KU sendiri.
Wahai AKU...
AKULAH YANG SATU
SESUNGGUHNYA AKU TIADA TERUPAYA TANPA DIRIKU SENDIRI,
MAHA SUCI AKU DENGAN SEGALA KESOMBONGANKU, HANYA AKU YANG DAPAT MENGATASI DIRIKU SENDIRI.
Ketahuilah wahai INSAN...
sebutlah Allah terus menerus agar penyaksian dan pengakuan pada diri itu menjadi nyata dalam rasa tidak dalam sangka.
Allah tidak pernah merahsiakan
kewujudan-Nya
keadaan-Nya
keberadaan-Nya
kekuasaan-Nya
kehendak-Nya
dan yang sentiasa merasa pasti selalu sadar yang Allah itu adalah dekat malah lebih dekat dari dirinya yang dirasakan itulah dirinya !
Biar....
Sempurna terang-benderang
Tidak terasa apa-apa
Tidak kelihatan apa-apa
Hanya AKU yang meliputi seluruh alam
dengan kudrat iradat-KU"
Inni ana dzatul haq inallah
Inni ana sifatul haq inallah
Inni ana asmaul haq inallah
Inni ana afaal haq inallah
Laa maujudan bil haqqi ilallah
Laa ilaha ila ana
Laa ilaha ila huwa
Laa ilaha ila anta
Laa ilaha ilallahuMuhammadurasulullahi
Pada akhirnya, semua bentuk zikir-zikir di martabat yang paling tinggi itu akan kembali hanya kepada "AKU", "KAU" dan "DIA" (Ana, Anta dan Huwa) yang hakiki, yaitu Dzat yang paling berhak mengucapkan "AKU", yang paling berhak dituju ucapan "KAU", dan yang paling berhak diberitakan dengan ungkapan "DIA". Tidak lain semua itu adalah ALLAH.
Itulah rujukan dlamir yang hakiki. Sebaliknya, begitulah dalamnya pemahaman dan pengalaman hampir semua Sufi Master seperti Abu Yazid al-Bustami, Mansur al-Hallaj atau Syekh Siti Jenar atau yang lainnya. Dlamir "Ana", "Anta" dan "Huwa" itu juga dipancarkan kepada makhluk termulia, yang dibekali Roh Idhafi, yang di dalamnya bersemayam Roh al-Haqq, dan di kedalaman Roh al-Haqq itu sendiri. Maka keluarlah dari lisan rohaniahnya ungkapan "Ana al-Haqq", atau juga "Laa ilaha illa Ana".
Tingkatan pertama tauhid bagi orang yang berzikir ialah dengan kalimah "Laa ilaha illallah". Ini merupakan tingkatan yang paling mendasar, seperti yang menjadi kebiasaan orang-orang awam. Tingkatan kedua ialah tingkatan dengan zikir "Laa ilaha illa Huwa". Dengan menggantikan kata "Allah" dengan dlamir "Huwa". Kalimat ini setingkat lebih tinggi dari yang pertama. Jika dinisbahkan dengan manusia yang sedang mencintai seseorang, akan lebih terasa kedekatannya, saat menyebut dengan ungkapan "Dia". Tetapi tingkatan ini pun masih jauh kerana ucapan "Dia" seakan-akan berada di luar.
Ketiga, tingkatan berzikir dengan kalimah "Laa ilaha illa Anta". Dengan sebutan ini seakan-akan pengucap ber-khithab, berdialog langsung dengan Allah. Hal ini memang memiliki derajat lebih tinggi, namun tetap terdapat jarak, sebab masih ada sekatan antara "mutakallim" dengan "mukhathab".
Keempat, tingkatan salik yang berzikir terus naik dengan kalimah "Laa ilaha illa Ana". Ini bukan bererti kelangsungan sebagai bentuk pengakuan bahawa dirinya serta-merta adalah Tuhan - seperti yang dituduhkan Wali Songo terhadap Syekh Siti Jenar dan umumnya orang yang kurang dalam memahami inti hakikat berzikir. Dan juga tidak boleh disamakan dengan Fir'aun yang mengatakan "Ana Rabbukum al-A'la". Sebab kalimah ini terungkap ketika diri dan jiwa sang zakir sedang diliputi "Nur" dalam pancaran al-Haqq, mengungkapkan bahawa tidak ada yang paling berhak mengaku "AKU" kecuali 'AKU Yang Hakiki'. Sehingga "ANA" dalam ungkapan itu maknanya "AKU Yang Sebenarnya". Ini disinggung dengan sebuah ayat ungkapan al-Quran - "inna lillahi wa inna ilaihi raji'un".
Bahkan jika hal ini terjadi terus-menerus bergoncang di dalam rohani seseorang, maka ungkapan "Laa ilaha illa Ana", masih terlalu panjang dan dikhawatirkan terputus di tengah perjalanan zikirnya. Sehingga dipendek pengucapan zikir itu pada tingkatan pengalaman rohani tertinggi menjadi mistirius dalam ungkapan "Ana al-Haqq", dan bahkan lebih ringkas lagi "Ana", "Ana", "Ana".
Inilah rahsia yang paling terdalam yang pernah dituangkan oleh Syekh Siti Jenar di dalam ajaran-ajarannya. Dan pemahaman seperti inilah yang selalunya mendatangkan bencana kepada penyeru ajaran ini, yakni dijadikan sasaran bidik penguasa dan ulama syar'i, untuk memperkuat posisi dan jabatannya.
Adapun apabila ahli sufi menyebut "DIA" atau 'HU', pengertiannya tidak sama dengan "Allah", walaupun sebutan itu ditujukan semata-mata kepada "Allah Rabbul Jalil" jua. "HU" itu ialah sebutan bagi "ZAT" (Diri Allah) sedangkan "Allah" itu hanya sebatas NamaNya (Asma').
"DIA" merujuk kepada "ZAT" yang bernama "AKU" sebelum bernama "Allah". Dan ini mestilah difahamkan dengan betul-betul. Bila "ZAT AKU" itu bertajalli kepada "Nurullah" (Nur Allah) untuk memperkenalkan "DiriNya" baharulah "Zat Muthlak" itu bergelar dengan Asma' "ALLAH".
Sebelum Allah menjadi Tuhan, ketika semua makhluk belum ada, bumi dan langit belum diciptakan, syurga dan neraka belum ada, keadaan itu bagi kalangan para Ahli Tasawuf dikenali dengan sebutan “Alam Sunyi”. Pada keadaan “Alam Sunyi” tersebutlah, "DIA" berdiri dengan sendiri dengan tanpa sebab yang menyebabkannya.
Ahli sufi yang belum mengenal rumusan ini, selalu bersangka bahawa "DIA" itu "Allah" dan "Allah" itu "DIA". Padahal itu masih jauh dari jangkauan pemahamannya dalam perjalanan mengenal dalam ertikata yang sebenarnya.
"DIA" - "Dzatullah" adalah identiti yang belum berfungsi di sebuah Alam bernama "Alam Al-Ama" (Alam Kegelapan). "DIA" belum berSifat, belum berAf'al dan belum berAsma'.
Justeru, kita tidak boleh menyalahkan agama lain seandainya mereka juga diberi anugerah dan kesempatan untuk sampai kepada polar kefahaman "DIA" dalam berhakikatkan "TUHAN SEMESTA ALAM" sungguhpun gambaran syariatnya masih bersilang salib.
Kalaupun pada umat agama lain, tak kiralah Hindu, Budha atau Kristien menyebutnya sebagai "GOD", tapi seandainya mereka mengerti sedalam-dalamnya sewaktu mereka berakidah dengan adanya "Energy Ghaib" atau "Supernatural" ini, justeru dengan pemahaman "DIA" - yang "Laisa" (tanpa imej), tak lain sebenarnya "DIA" itu, tertuju kepada "AKU ZAT" adanya.
Sebenarnya perjalanan rohani orang-orang Kristien (Nasrani) yang mempercayai dengan adanya "Tuhan Bapak" yang kalau disalur kepada definasi awal, tidak jauh maknanya bagi pengertian ahli sufi sebagai "DIA". Itu bukanlah suatu kesalah-fahaman, hanya mungkin pokok pengertiannya saja yang belum terjelas. Kesalahannya hanyalah "DIA" itu digambarkan sebagai "personaliti" (Bapak). Di satu sudut, tiada yang berlainan antara Kristienisme kalau dibandingkan dengan fahaman Sufisme.
Namun Allah SWT tegas berfirman di dalam ayat al-Quran;
"INNAT DIINA INDALLAHIL ISLAM"
"Sesungguhnya Agama yang AKU akui hanyalah ISLAM".
Ajaran "Triniti" (Tuhan 3 dalam 1) itu pelik, tapi menjadi lebih mudah dimengerti kalau kita berlapang dada. Walaupun Islam menyanggah ajaran itu, oleh kerana "Triniti" (Tuhan 3 dalam 1) ataupun "Wahdatul Wujud" yakni kesatuan Wujud antara Tuhan dan hamba (2 dalam 1) tidak menepati Wahyu Allah;
"KUL HU ALLAH HU AHAD" - DIA YANG ESA
TUHAN KRISTIENISASI
1. Tuhan Bapak (God)
2. Tuhan Anak (Yesus)
3. Holy Spirit (Roh Suci)
Begitulah juga pentajallian Ketuhanan "DIA" di "Alam Ahadiat", kemudian turun ke "Alam Wahdah" dan seterusnya ke "Alam Wahidiyah". "DIA" belum memiliki fungsi apa-apa, apalagi membuat peraturan-peraturan di Alam Semesta ini, sehinggalah diciptakan manusia pertamaNya bernama "ADAM".
Kalau dapat dimengertikan dengan baik, jadi gelaran "AKU", "Tuhan" dan "Allah" cumalah permainan 3 peranan Ketuhanan yang berbeza. Perkara ini cuma dapat dijernihkan seandainya seorang ahli sufi itu sudah pun menyelami makna dari ilmu yang bernama ilmu "Tajalli".
"Tajalli" maknanya penzahiran "Tuhan" dari "Alam Bayangan" kepada "Alam Insan" yang seolah menampilkan sebuah "Triniti", atau (3 pribadi yang berbeza), padahal "DIA" itu juga yang bermain dalam "Bayangan Cermin DiriNya" sendiri.
"DIA" sendiri yang membuat aturan. "DIA" juga yang membuat perintah Sholat untuk menyatakan "DiriNya". "DIA" sendirilah yang melaksanakan semuanya itu. "DIA" itulah gambaran "AKU ZAT".
Islam hanyalah jalan petunjuk yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW. Sementara Agama Kristien dipimpin oleh Nabi Isa al-Masih. Setiap Rasul yang didatangkan tidak lain hanyalah untuk memperkenalkan siapakah "DIA" dalam berTauhid.
................
Ariffbillah menyatakan bahwa dalam ibadah itu ada empat perkara muqaranah..
Muqaranah ini berlaku di dalam sholat dari takbir ihram sampai dengan salam..
Ke-4 muqaranah yang dimaksud adalah :
Muqaranah syahadat
Muqaranah takbir ihram
Muqaranah sakaratul maut
Muqaranah wahdatul dzat
1. Muqaranah Syahadat..
Yang disebut muqaranah syahadat itu perkataan "Laa afa`alun illallah"..
Artinya : Tiada perbuatan..hanya Perbuatan Allah juga yang Ada..
Ghaib [fana..binasa] perbuatan makhluk..tidak ada lagi perbuatan makhluk dari takbir sampai ihram..
Apabila masih merasa ada perbuatan makhluk..batal muqaranahnya..
Itulah sebabnya di dalam takbir ihram..semua yang halal..haram hukumnya..karena di dalam takbir ihram itu tidak ada lagi untuk merasakan ada perbuatan makhluk..baik berupa yang halal..maupun yang haram..kalau yang ada sudah Perbuatan Allah..perlu apa lagi mengingat-ingat sesuatu..??
Itulah sebabnya..sebelum takbir ihram semua yang halal dihukumkan haram..inilah yang dimaksud muqaranah syahadat : "Laa af`alun illallah"..
Tidak ada satu zarah pun perbuatan makhluk..hanya Perbuatan Allah yang Ada..
2. Muqaranah Takbir Ihram..
Yakni sempurnanya takbir ihram dalam simpulan kata "Laa asma`un illallah.."
Artinya : Tiada yang maujud segala nama..hanya Allah..
Ghaiblah ruhani : segala rasa ruhani termasuk perasaan senang..indah dan keinginan melihat-mengalami ini-itu..tidak ada lagi..ghaib ruhani..
3. Muqaranah Sakaratul Maut..
Yaitu fana sifat.."Laa maujudun illa shifatun illallah"..
Artinya : Tiada yang maujud segala sifat..hanya Allah..Raiblah ruh..yakni jenis yang mutlak..itulah Ruh Qudus..
Kelihatanlah siapa yang ghaib ke Tuhan dan kekal dengan Tuhan..kalau bukan jenis yang mutlak..
Jadi..jasmani..ruhani..nurani dan rabbani..semua ghaib bersama jenis yang mutlak..sempurnalah..Akmallah dengan Tuhan..selain dari jenis yang mutlak..nafi-lah..tidak ada bersama-sama [tidak besertaan]..
4. Muqaranah Wahdatul Dzat..
Lihatlah asalnya diri..melihat asalnya diri.."Laa zatul illallah fil haqiqaati illallah.."
Artinya : Asal diri terdahulu..dan hendaklah dimatikan dirinya terlebih dahulu..
Sabda Nabi Saw :
"Mautu qabla Anta mutu.."
Matikan dirimu sebelum mati..
Seperti engkau berdiri di sajadah sebelum takbir ihram : matikanlah diri dulu..
"Laa af`alun illallah"
"Laa asma`un illallah"
"Laa maujudun illa shifatun illallah"
"Laa zatul illallah fil haqiqaati illallah"
Kemudian masukkanlah hakikat tauhid..
"Laa maujudun illallah"
Tidak ada wujud..hanya wujud Allah..
Pandanglah..wujud siapa yang sholat itu..??kalau masih merasa wujud kamu..artinya belum mati..
Kalau kamu sudah tahu Wujud Allah saja yang Ada..mau apa lagi tahu wujud-wujud baharu..??inilah sholat yang bersih dari syirik..
Wujud Allah = Dzat Allah = Rahasia Allah = Diri Allah..
Jadi sholat itu Diri Allah menyembah Allah..karena yang Ada hanya Wujud Allah..tidak ada baharu..
Jadi..yang dikehendaki makrifat dalam tauhid itu : sholat itu kehendak Allah dan yang sholat itu Rahasia Allah..
Pandangan orang makrifat : Sudah Diri Allah Memuji Tuhannya..
Jadi praktik di dalam ibadah :
Matikan dulu diri kamu sebelum sholat..
Karena apa..??
Karena di dalam sholat ini ghaib semua :
mi'raj semua..
Yang mesti diucapkan dalam berdiri di atas sajadah sebelum takbir..yaitu keempat perkataan muqaranah..
Kemudian baru masukkan hakikat tauhid..setelah itu pandanglah..
Mematikan diri dalam sholat itu..bukan meniada-tiadakan diri..bukan mengosong-kosongkan diri..bukan membuang-buang diri..bukan juga merasa-rasakan diri tiada..
Mematikan diri itu maksudnya : Kembalikanlah hak-hak Tuhan itu sebelum kamu mati..
"Laa af`alun illallah" <=== tiada tubuh
"Laa asma`un illallah" <===tiada nyawa
"Laa maujudun illa shifatun illallah" <=== tiada berkelakuan
"Laa zatul illallah fil haqiqaati illallah" <=== tiada diri
Inilah mematikan diri sebelum mati..inilah sholat orang muntahi..sholat tingkat penghabisan..
Di dalam tasawuf amali ada penggolongan tingkat-tingkat amal seseorang..yaitu tingkat pertama sampai ke empat..secara tauhid..kita kupas seperti ini..
MUFTADI..orang yang beramal dengan i`tikad lillahi ta'ala [karena atau kepada Allah]..
Orang ini masih berkutat dalam masalah kelengkapan syarat dan rukun untuk menghadap Allah..masih bersifat dari dirinya kepada Allah..
MUBTADI..orang yang beramal dengan i`tikad minallahi ta`ala [dari Allah]..
Orang ini memandang dari Allah-lah sehingga dirinya bisa beramal ibadah..masih bersifat dari Allah kepada dirinya..
MUTAWASIT..orang yang beramal dengan i`tikad billahi ta`ala [dengan Allah]..
Orang ini memandang dengan Allah-lah sehingga dirinya bisa beramal ibadah..masih besertaan dirinya dengan Allah.
MUNTAHI, orang yang beramal dengan i`tikad lillahi ta`ala, minallahi ta`ala,
dan billahi ta`ala sekaligus.
Dipandangnya semua sehingga tidak dipandangnya dirinya ada..yang ada sudah Perbuatan..Kelakuan..Asma, dan Dzat Allah semata..tiada merasa ada diri lagi..sudah semuanya Allah semata..
Untuk sempurna mengetahui Allah..ketahuilah asal diri..
Bukankah yang dijadikan Allah itu dzat..sifat..asma dan af`al..
Ini yang perlu diketahui..
Kata Ibnu Abbas r.a. kepada Nabi Saw..dia bertanya :
"Yaa junjunganku..apa yang mula-mula dijadikan Allah Ta`ala..??"
Sabda Nabi Muhammad Saw :
"Innallaaha khalawa qablal asya`i nuurun nabiyyika.."
Sesungguhnya Allah telah menjadikan yang mula-mula dari segala sesuatu ialah Cahaya Nabimu [Nur Muhammad]..
Nyatalah..Nur Nabi itulah mula-mula dari sekalian alam..
Dan kata Abdul Wahab Syarani r.a. dari Nabi Muhammad Saw :
"Innallaaha khalaqarruuhin nabiy Muhammad Shalallaahu `alaihi wasalam min zaatihi wa khalaqarruuhin alam.."
Sesungguhnya Allah menjadikan ruh Nabi Muhammad Saw..dari Dzat-Nya [Dzat Allah] dan menjadikan ruh sekalian alam dari Nur Muhammad..
Sadarilah..
Segala sesuatu jenis yang zahir [korporeal..jasadi] dari Nur Muhammad.. sedangkan ruh-ruhnya dari Dzat Allah..pandanglah diri kita..jasad ini Nur Muhammad..ruh ini dari Dzat Allah..Sifat dan Dzat itu satu [compact]..
Contoh :
Kalau ubi dengan ragi : satu..dinamailah tapai..
Kalau Dzat dan Sifat : satu..dinamai diri..
Siapa diri kita ini..??..tentulah Diri Allah..
Nur itu Sifat..Dzat itu Rahasia..
Dzat itu hayyun se-hayyun-hayyun-nya..maka yang hiduplah yang berkelakuan..mana mungkin yang mati [fana] yang berkelakuan..
Kalau kita sudah tahu bahwa Dzat itu Wujud Allah..dan Wujud Allah itu Diri Allah..maka Rahasia..itulah Diri Allah..
Kalau sudah paham ini..jangan lagi kamu sebut Diri Allah yang berkelakuan..sebut dengan sebenar-benarnya : Allah yang berkelakuan.. Karena dalam hakikat tauhid : sudah tidak ada wujud baharu lagi..
Apa pun yang kamu lihat..Wujud Allah yang Ada..
Wujud Allah itu Dzat Allah..Dzat Allah itu Diri Allah..
Kalau sudah tahu Allah..tidak perlu lagi kamu mau sama dengan Allah atau mau jadi Allah..
Kalau sudah Allah..ya tetap Allah..
Allah tetap Allah..
Baharu tetap baharu..
Mana mungkin baharu bisa jadi Allah atau Allah jadi baharu..
Jadi..diri manusia ini Diri Allah karena diri manusia ini tajalli Dzat-Sifat..
Jadi yang dikatakan sholat itu..Diri Allah memuji Tuhan-Nya..
Kalau kesadaran ini kamu pegang terus..boleh kamu rasakan setiap tidur kamu mendapat hidayah..
Inilah pelajaran..
Sampaikanlah kepada keluarga dan sanak-saudaramu : matikan diri dulu..maksudnya..kembalikanlah hak-hak Tuhan itu sebelum kamu mati..
Wujud Allah = Dzat Allah = Rahasia Allah = Diri Allah..
Bukti Allah adalah wujud
Bukti wujud adalah makhlukNYA
Bukti makhlukNYA adalah hidup
Bukti hidup adalah Rohnya
Bukti Roh kepada tubuh adanya Nafas didalam Nyawa
Hidupnya nafas karena tanafas
Hidupnya tanafas karena anpas
Hidupnya anpas karena nufus
Hidupnya nufus karena dzatullah
Pandang tubuh menunjukkan hati
Pandang hati menunjukkan nyawa
Pandang nyawa menunjukkan rahasia
Pandang rahasia menunjukkan wujud
Maka dengan demikian "La Ila ha ilallah" itu maknanya dalam kesudahan tauhid dan makrifat tidak lain hanya Allah yang ADA..
Demikianlah seharusnya senantiasa pandangan kita.
*AKU ADALAH NYAWAMU*
AL INSANU SIRRI WA ANA SIRRUHU SIFATI WA SIFATI ILLA GHOIRIH
INSAN ITU ADALAH RAHSIA KU DAN AKULAH RAHSIANYA, SIFAT ITU ADALAH “SIFATKU TIADA LAIN AKU LAH AKAN SIFAT ITU”
AKU ADALAH ZAT YANG BERNAMA ALLAH YANG MENJADI RAHSIA BAGI BADAN DIRIMU YAKNI MENJADI DIRI BAGI BADAN,
OLEH ITU YANG DIKATAKAN DIRI YANG SEBENAR DIRI ITU ADALAH AKU JUA YAKNI ALLAH, MAKA SEDARLAH BAHAWA ENGKAU ITU YANG BERDIRI ITU ADALAH ALLAH JUA, TIADA LAIN DARI ZATKU JUA.
JANGAN ENGKAU TAKUT DAN BIMBANG LAGI DALAM MENYATAKAN BAHAWA ENGKAU ITU AKU.
INGATLAH SELAGI ENGKAU MENGATAKAN NYAWA ITU NYAWA ATAUPUN ENGKAU MENGATAKAN BAHAWA ROH ITU ROH MAKA SELAGI ITULAH ENGKAU TIDAK MENEMUKAN TUHANMU YAKNI AKU. NYAWA ATAU ROH, DIRI ATAU SUKMA ITU SEMUA NAMA SAHAJA
YANG SEBENARNYA IANYA ADALAH AKU ZAT YANG MAHA SUCI.
AKU JELASKAN PADAMU WAHAI INSAN PENCARI TUHAN, BAHAWA AKU ADALAH NYAWAMU ITU DAN ENGKAU ADALAH AKU.
INNA ROBBUN WAL ABDUN WAHDAH
SESUNGGUHNYA TUHAN DAN HAMBA ITU ESA.
ENGKAU DAN AKU ADALAH ESA JUA TIADA DUA DAN BERBILANG-BILANG
SEGALA YANG BERBANGSA NYAWA ITULAH AKU,
SEGALA YANG ZAHIR ITU ADALAH PE-NYATA-AN AKU.
OLEH YANG DEMIKIAN ITU AKU MENGATAKAN YANG WUJUD ZAHIR MAUPUN BATIN ITU ADALAH AKU JUA.
UNTUK ENGKAU FAHAM DAN SAMPAI KEPADA KE-ESAAAN INI BUANGKAN SEGALA NAMA BAGI YANG BERNAMA BARULAH ENGKAU BERTEMU DENGAN AKU YAKNI ZAT YANG MAHA SUCI.
NAMA ATAU ASMA-ASMA ITU ADALAH HIJAB ATAUPUN PAKAIAN BAGI SEGALA SIFAT-SIFAT WUJUDKU. HILANGKAN NAMA ITU SEBAGAI CONTOH:
HILANGKAN NAMA ALLAH
HILANGKAN NAMA MUHAMMAD
HILANGKAN NAMA ADAM
HILANGKAN NAMA ROH
HILANGKAN NAMA NYAWA
HILANGKAN SEGALA NAMA
APABILA SEGALA NAMA TELAH ENGKAU HILANGKAN DAN PENDAMKAN MAKA NYATALAH IA YANG DIKATAKAN ZAT YANG MAHA SUCI YAKNI “AKU” .
MAKA AKULAH YANG DIKATAKAN DIRI BAGIMU YAKNI ZATULLAH. AKU YANG TIADA HURUF DAN TIADA SUARA TETAPI AKU LAH YANG MENGHIMPUNKAN SEGALA-GALANYA SEUMPAMA DAKWAT DIDALAM PENA, YANG MENGHIMPUNKAN SEGALA HURUF DAN AYAT SERTA KALIMAH, BAIK PUJI MAUPUN KEJI.
NYAWA YANG SEBENAR NYAWA ITU ADALAH BAHAGIAN ZATKU DAN APABILA IA BAHAGIAN DARI ZATKU MAKA IA ADALAH ZATKU JUA.
AKU SINGKAP AKAN RAHSIA INI BUATMU AGAR ENGKAU MENGERTI DENGAN MEMAHAMI SECARA MENDALAM AKAN PERIHAL HAKIKAT NYAWA MU ITU.
DARI ZATKU LAH TERBITNYA SEGALA SIFAT DAN RUPA SAMA ADA ZAHIR MAUPUN BATIN,
JIKA ZAHIR ORANG NAMAKAN TUBUH ATAU BADAN,
JIKA BATIN ORANG NAMAKAN ROHANI.
MANAKALA SEGALA SIFAT ITU IANYA TERKAIT DENGAN SIFAT MA’ANI DAN MAKNAWIAH IAITU:
SIFAT MA’ANI YANG TUJUH
HAYAT-HIDUP JASAD KERANA NYAWA
ILMU-TAHU JASAD KERANA NYAWA
QUDRAT-BERKUASA JASAD KERANA NYAWA
IRODHAT-BERKEHENDAK JASAD KERANA NYAWA
SAMA’-MENDENGAR JASAD KERANA NYAWA
BASAR-MELIHAT JASAD KERANA NYAWA
KALAM-BERKATA-KATA JASAD KERANA NYAWA
SIFAT MAKNAWIAH YANG TUJUH
KAUNUHU HAYYUN-HIDUP NYAWA KERANA ZAT
KAUNUHU ALIMUN-TAHU NYAWA KERANA ZAT
KAUNUHU QODIRUN-BERKUASA NYAWA KERANA ZAT
KAUNUHU MURIDUN-BERKEHENDAK NYAWA KERANA ZAT
KAUNUHU SAMIUN-MENDENGAR NYAWA KERANA ZAT
KAUNUHU BASIRUN-MELIHAT NYAWA KERANA ZAT
KAUNUHU MUTAKKALIMUN-BERKATA-KATA NYAWA KERANA ZAT.
INILAH SIFAT-SIFAT YANG TERBIT DARIKU YANG KINI IANYA ADALAH NYAWAMU ITU.
****ALLAH tiada didalam diri kita, tetapi kitalah yang ada didalam ALLAH, bukan kita mengandung ALLAH, tetapi ALLAH-lah yang mengandungi kita, bukan kita yang meliputi ALLAH, tetapi ALLAH-lah yang meliputi kita*.
*Kesemua sifat yang kita miliki ini adalah milik ALLAH, sifat yang ada pada diri kita pasti akan hilang lenyap dan hancur binasa. Sifat yang kekal dan abadi itu hanyalah ALLAH SWT*.
*Firman ALLAH* :
*Tiap-tiap sesuatu akan binasa, kecuali dzat Nya, baginya hukum itu dan kepada Nya kamu dikembalikan*."
*Makhluk itu hanya menjadi 'bekas' atau tempat Penzahiran* *Ketuhanan. Dia menyatakan DiriNya*.
*melalui 4 fasal yang dizahirkan pada* :
1. *Usul (Dzat)*
2. *Asal (Sifat)*
3. *Nama (Asma)*
4. *Perbuatan (Af'al)*
*Yang menjadi empat jalan* :
1. *Syariat*
2. *Tharikat*
3. *Hakikat*
4. *Ma'rifat*
*Martabatnya* :
1. *Syariat itu Af'al ALLAH*
2. *Tharikat itu Asma ALLAH*
3. *Hakikat itu Sifat ALLAH*
4. *Ma'rifat itu Dzat ALLAH*
*Alamnya* :
1. *Alam Syariat - Alam Nasut*
2. *Alam Tharikat - Alam Malakut*
3. *Alam Hakikat - Alam Jabarut*
4. *Alam Ma'rifat - Alam Lahut*
*Menjadi* ;
1. *Syariat jadi Tubuh*
2. *Tharikat jadi Hati*
3. *Hakikat jadi Ruh atau Nyawa*
4. *Ma'rifat jadi Sirr Rahsia*.
1. *Dzat = Wujud Dzat yaitu wujud yang HAQ pada Dzat ALLAH difahami dengan Rabbul Izzati iaitu wujud yang sebenar benarnya melekat pada Dzat ALLAH, yang menjadi Rahsia (SIRR), merupakan sesuatu yang tidak boleh di ucapkan tapi secara nyata boleh dirasakan, seperti rasa manis pada gula, rasa masin pada garam, hanya boleh dirasakan tanpa boleh dikatakan*.
2. *Sifat = Wujud Sifat yaitu wujud yang melekat pada sifat dzat difahami dengan sifat ALLAH iaitu terhimpunNya sekalian sifat dari segala sifat, yang dirangkum oleh para wali menjadi sifat 20, wujud sifat ini dinamakan juga Nur Muhammad, yang merupakan Ruh atau Nyawa pada diri*.
3. *Asma = Wujud Asma iaitu wujud yang melekat pada nama dzat yakni terhimpunnya sekalian nama dari segala nama, yang diringkas menjadi asmaul husna 99 nama 1 Rahsia, wujud ini dinamakan juga wujud iman, merupakan Hati pada diri tempat keyakinan yang menjadi iman kepada ALLAH sebagai cermin setiap makhluk yang memahami tentang dzat ALLAH*.
4. *Af'al = Wujud Af'al yaitu wujud yang melekat pada perbuatan dzat difahami dengan kelakuan ALLAH dalam Kudrat IradatNya, iaitu wujud yang keberadaanNya disebabkan oleh suatu sebab sehingga tidak terjadi dengan sendirinya, wujud ini dinamakan juga wujud adam, merupakan tubuh pada diri*.
*Sehingga pemahaman tentang wujud ALLAH ini adalah* :
1. *Dzat ALLAH jadi Rahsia pada diri*.
2. *Sifat ALLAH jadi Nyawa atau Nur Muhammad atau Ruh pada diri*.
3. *Asma ALLAH jadi Hati atau iman pada diri*.
4. *Af'al ALLAH jadi tubuh pada diri*.
*Tugas Sirr adalah merasakan*.
*Tugas Ruh adalah menghidupkan*.
*Tugas Hati adalah mengakui*.
*Tugas Wujud adalah* *memperlihatkan Af'al-NYA*.
*Tugas Akal adalah berfikir*.
*Tugas Nafsu adalah* *berkeinginan*
*Jadi bukan Dzat melainkan* *RAHSIA pada diriku*.
*Bukan Sifat melainkan Nur Muhammad atau NYAWA menjadi Ruh pada diriku*.
*Bukan Asma atau nama melainkan HATI atau keyakinan menjadi iman pada diriku*.
*Bukan Perbuatan melainkan batang TUBUH pada diriku*.
*Inilah yang sebenarnya manunggalnya diri dengan ALLAH Yang Maha Esa, yang dimaksud Wahdatul Wujud yang berada pada diri meliputi Dzat Sifat Af'al dan Asma, tiada jarak antara Hamba dan ALLAH SWT.*

1 comment:

About

Popular Posts