Trending

Saturday, 13 April 2019

Dahsyatnya Tambang Liring, Azimat Asmara Khas Banjar


Dahsyatnya Tambang Liring, Azimat Asmara Khas Banjar: Dulu untuk Wibawa, Sekarang untuk Asmara

PROKAL.COKemasyhuran rajah tambang liring sudah sangat melegenda di Kalsel. Konon, hanya dengan melewati bayangan si pemakai saja, maka sang target akan terkena perasaan rindu yang sangat mendalam, menggila, bahkan bisa saling membunuh di antara yang terkena peletnya.
=================================
WAHYU RAMADHAN, Banjarmasin
=================================
Tambang Liring (TL) berbentuk azimat. Bahannya bisa terbuat dari kulit hewan, kain dan kertas. Konon tak sembarang orang yang bisa membuatnya. Selain hanya dibuat oleh para Dalang wayang, membuat sebuah azimat TL saja bahkan memerlukan waktu bertahun-tahun karena memerlukan waktu khusus. 
Proses pembuatannya pun sarat akan nuansa mistik. Mulai dari mengurung diri dalam kamar (melukis rajah) tanpa menggunakan sehelai kain pun di badan, hingga harus menuliskannya di dalam sumur.
Salah seorang praktisi spiritual asal Banjarmasin Syarifudin Nur menuturkan, yang menggambar adalah orang yang benar benar punya sanad dan ijin untuk merajah TL. Bila tidak ada sanad, keturunan Dalang, apalagi orang yang perkataannya suka berdusta, suka berkata kotor maka tak dianjurkan untuk menulis rajah TL. Orang yang menulis rajah TL harus benar benar orang yang jujur, berhati bersih, zuriat Dalang, keturunan orang berilmu. Adapun masalah kerapian gambar wayang, kerapian tulisan rajah, itu merupakan estetika keindahan seni tulis, lukis dan kaligrafi saja.
"Yang lebih utama garis nasab, ijazah ilmu dan benar benar menguasai tatacara, aturan baku, adat istiadat para pembuat terdahulu yang biasanya di ijazahkan secara turun temurun. baik secara nyata maupun secara ghoib oleh leluhurnya," ungkapnya.
Yang tak kalah terkenalnya dari TL adalah proses pengaktifan azimat tersebut, yang memerlukan dahwat atau tinta berupa darah orang yang telah meninggal.
"Untuk mengaktifkannya harus menggunakan darah manusia yang dipercaya meninggal dalam keadaan syahid. Seperti misalnya, orang yang rumahnya dirampok namun meninggal ketika melakukan perlawanan karena menyelamatkan keluarganya. Darah itu, biasanya disebut dengan dahwat syurga," tuturnya kepada Radar Banjarmasin belum lama tadi.
Syarifudin Nur tak menampik. Bahwa memang ada beragam versi mengenai pembuatan TL. Versi pertama penulisan rajah TL dengan menggunakan pewarna dari tumbuhan, dan versi kedua dengan menggunakan darah orang meninggal karena terbunuh. Hanya saja, dalam cara pengaktifannya, tetap menggunakan dahwat.
Sementara cara penggunaan azimat cukup dibawa sehari-sehari. Bisa dimasukan dalam kantong atau tas. Pada masanya, TL tak hanya digunakan sebagai sarana menggaet wanita saja. Tapi juga digunakan sebagai sarana menarik pembeli bagi para pedagang. Caranya, TL cukup diletakkan di dalam laci penyimpanan uang.
"Namun yang lebih dikenal masyarakat, TL digunakan hanya sebagai azimat pelet bayangan pemikat sukma yang mengerikan dan langka," ungkapnya. Dalam TL terdapat berbagai macam gambar atau lukisan. Lukisan yang ditorehkan di atas media kulit, kertas dan kain, mencakup pada tokoh-tokoh wayang tertentu yaitu tokoh Semar, Arjuna dan yang lainnya. 
Pada rajah tokoh-tokoh tersebut, kemudian ditetesi darah atau dahwat tadi tepat di mata tokoh-tokoh wayang. Konon, lukisan wayang yang ditetesi dahwat tersebut akan menghidupkan atau mengaktifkan energi yang ada dalam TL.

"Jika dibawa atau dipakai sebagai kalung, kemudian kita berjalan mendekati target sasaran, reaksinya bisa sampai di luar akal. Tak perlu menyentuh si target, cukup usahakan agar si target melewati bayangan tubuh kita saja, maka target akan seperti kena gendam dan asmaranya berkobar memandang si pembawa azimat tersebut," ungkapnya.

Reaksi dari azimat TL dibenarkan oleh Iberamsyah. Lelaki asal Desa Malintang,  Kecamatan Gambut, itu pernah merasakan langsung efeknya. Menurutnya, para pemakai TL tak perlu waktu lama seperti minyak pelet untuk bisa merasakan efeknya.

"Hanya beberapa menit, yang awalnya tak kenal atau tak bertegur sapa, bisa langsung menyapa. Bahkan tak jarang yang mengajak berkencan," ungkapnya. Keberadaan TL sebagai azimat pengasih kini cukup sulit untuk didapat. Selain para pembuatnya yang sudah langka, juga seringkali disalahgunakan.
Syarifudin Nur menambahkan, esensi para pemakai TL kini lebih banyak berubah dan condong pada urusan asmara. Padahal dahulu TL hanya dikenal sebagai bentuk sarana mendapatkan tahta atau kewibawaan.
Ia juga menyebutkan bahwa beberapa tokoh di Kalsel pernah memesan untuk minta dibuatkan TL kepada orang-orang tertentu.
"Yang awalnya untuk tahta, harta dan wanita, kini jadi terbalik. Untuk wanita, harta kemudian tahta," pungkasnya. (war/tof/ema)

Comments
0 Comments
Facebook Comments by Blogger Widgets

No comments:

Post a Comment

About

Popular Posts