KENAPA AL HALLAJ DIBUNUH.
APA YG SALAH DGN AL HALLAJ.
APA YG SALAH DGN AL HALLAJ.
Assalam.....sahabat-sahabat yang aku hormati semua. Segala Puji Syukur Kehadirat Allah s.w.t. Sholawat senantiasa dihatur kepada Baginda Nabi Muhammad s.a.w. Dengan mengharap ridho Allah s.w.t. dan dengan kerendahan hati yang paling dalam, izinkan aku yang miskin ilmu ini berbagi sedikit ilmu dan pengalaman untuk di kongsi bersama sahabat semua... Insya Allah.....
Ketika di pondok Pesantren aku suka membaca kitab-kitab kisah para-para ahli Sufi dan juga para Wali-wali Allah. Tetapi kali ini aku nak berkongsi dengan sahabat semua kisah tentang Al Hallaj, seorang Sufi dan juga Waliyullah. Kisah riwayatnya (kes) hampir serupa dengan Sayyid Hasan 'Ali Al Husaini@ Syeikh Siti Jenar yang mati di hukum bunuh.
Aku sungguh-sungguh tak habis berfikir tentang kisahnya, kenapa orang yang wara' dan zuhud seperti Al Hallaj harus tewas di tangan penguasa Islam...? Bukankah Al Hallaj, adalah dia sangat rindu akan perjumpaan dengan Tuhan sehingga ungkapan kerinduannya itu dipersalahkan...? Sebagaimana orang yang jatuh cinta, kemudian menulis puisi cinta. Yang dia nampak hanya kekasihnya saja, orang-orang di sekelilingnya dia tidak menghiraukan.
SEJARAH RINGKASNYA.
Abad ketiga Hijiriyah merupakan abad yang paling monumental dalam sejarah teologi dan tasawuf. Lantaran pada abad itu cahaya Sufi benar-benar bersinar terang. Para Sufi seperti Sari as Saqathi, Al Harits al Muhasibi, Maa'ruh al Karkhi, Abul Qasim al Junaid al Baghdadi dan ratusan Sufi lainnya.
Di tengah pergolakan intelektual, filsafat, politik dan peradaban Islam ketika itu, tiba-tiba muncul sosok agung yang dinilai sangat kontroversi oleh kalangan fuqaha', politik dan kalangan Islam formal ketika itu. Bahkan sebagian kaum Sufi pun ada yang kontra. Iyaitu sosok Al Husain bin Mansur Al Hallaj. Sosok yang kelak berpengaruh dalam peradaban teosofia islam, sekaligus menjadi watak misterius dalam sejarah Tasawuf Islam.
Nama lengkapnya adalah Al Husain bin Mansur, popular dipanggil dengan Abul Mughits, berasal dari penduduk Baidha Persia. Lalu berkembang dewasa di Wasith dan Irak. Menurut catatan As Sulami, Al Hallaj pernah berguru kepada Al Junaid al Baghdadi, Abul Husain an Nury, Amr al Makki, Abu Bakr al Fuwathy dan guru-guru lainnya. Walaupun ia ditolak oleh sejumlah Sufi, namun ia diterima oleh para Sufi besar lainnya seperti Abul Abad bin Atha', Abu Abdullah Muhammad Khafif, Abul Qasim Al Junaid, Ibrahim Nashru Abadzi. Mereka memuji dan membenarkan Al Hallaj, bahkan mereka banyak mengisahkan dan memasukkannya sebagai golongan ahli hakikat. Bahkan Muhammad bin Khafif berkomentar ;
" Al Husain bin Mansur adalah seorang A'lim Rabbany."
" Al Husain bin Mansur adalah seorang A'lim Rabbany."
Pada akhir hayatnya yang dramatis, Al Hallaj dibunuh oleh penguasa dzalim ketika itu, di dekat gerbang Ath Thaq pada hari Selasa di bulan Dzul Qa'dah tahun 309 H.
Kelak pada perkembangannya, teori-teori tasawuf yang diungkapkan oleh Al Hallaj, berkembang lebih jauh. Seperti yang dilakukan oleh Ibnu Arabi, Al Jiili, Ibnu Athaillah as Sakandari. Bahkan gurunya sendiri Al Junaid punya Risalah (semacam Surat-surat Sufi) yang pandangan utuhnya sangat mirip dengan Al Hallaj. Sayang Risalah tersebut tidak dipublikasi luas sehingga, misalnya mazhab Sufi Al Junaid tidak difahami secara komprehensif pula. Menurut Prof Dr. KH Said Aqiel Sirraj ;
" Kalau orang membaca Rasailul Junaid, pasti orang akan faham tentang pandangan Al Hallaj."
Pandangan Al Hallaj banyak dikafirkan oleh para fuqaha' yang biasanya hanya bicara tentang halal dan haram. Sementara beberapa kalangan juga menilai, kesalahan Al Hallaj, kerana ia telah membuka rahasia Tuhan yang seharusnya ditutupi. Kalimatnya yang sangat terkenal hingga saat ini, adalah ;
" ANA AL HAQ ". yang berarti :" Akulah Allah."
Tentu saja, pandangan demikian menjadi heboh. Apalagi jika ungkapan tersebut difahami secara sepintas belaka atau bahkan tidak difahami sama sekali.
Para teologi, khususnya Ibnu Taimiyah tentu mengkafirkan Al Hallaj dan termasuk juga mengkafirkan Ibnu Arabi dengan tuduhan keduanya adalah penganut " Wahdatul Wujud atau Pantheisme ", seperti Syeikh Siti Jenar, Wali Songo.
Padahal dalam seluruh pandangan Al Hallaj tak satu pun kata atau kalimat yang menggunakan Wahdatul Wujud ( kesatuan wujud antara hamba dengan Khaliq ). Wahdatul Wujud atau yang disebut Pantheisme hanyalah penafsiran keliru secara filosufis atau wacana-wacana Al Hallaj. Bahkan yang lebih benar adalah Wahdatusy Syuhud ( Kesatuan Penyaksian ). Sebab yang manunggal itu adalah penyaksiannya bukan Dzat-NYA dengan dzat makhluk. Para pengkritik yang kontra Al Hallaj, menurut waliyullah Kiai Abah Anom dan Kiai Abdul Ghafur, Sufi kontemporeri dewasa ini, melihat hakikat hanya dari luar saja. Sedangkan Al Hallaj melihatnya dari dalam.
Sebagaimana Imam al Ghazali melihat sebuah bangunan dari dalam dan dari luar, lalu menjelaskan isi dan bentuk bangunan itu kepada publik, semantara Ibnu Rusydi melihat banganan hanya bentuk luarnya saja dan menjelaskannya kepada publik pula. Tentu jauh berbeda kesimpulan Imam Al Ghazali dan Ibnu Rusydi.
Setidak-tidaknya ada tiga kelompok besar dari kalangan Ulama, baik fuqaha' mahupun Sufi terhadap pandangan-pandangan Al Hallaj ini. Mereka ada yang langsung kontra dan mendukungnya. Menurut penelitian Dr. Abdul Qadir Mahmud, dalam bukunya Al Falsafatush Shufiyah fil Islam, mengatakan ;
Mereka yang mengkafirkannya, antara lain adalah para fuqaha' formalis dan kalangan mazhab Dzahiriyah, seperti Ibnu Dawud dan Ibnu Hazm. Sedangkan dari kalangan Syi'ah Imamiyah antara lain Ibnu Babaweih al Qummy, Ath Thusy dan al Hilly. Dari kalangan mazhab Maliki antara lain Ath Tharthusy, Iyyadh, Ibnu Khaldun. Dari kalangan mazhab Hambali antara lain Ibnu Taimiah. Dan kalangan Syafi'iyah antara lain Al Juwaini dan Ad Dzahaby.
Sementara itu dari kalangan Mutakallimin yang mengkafirkan :
1.) Al Jubba'i.
al Qazwiny (Mu'tazilah).
Nashiruddin ath Thusy dan pengikutnya (Imamiyah).
al Qazwiny (Mu'tazilah).
Nashiruddin ath Thusy dan pengikutnya (Imamiyah).
2.) Al Baqillany (Asy'ariyah).
3.) Ibnu Kamal dan al Qaaly (Maturidiyah).
Dari kalangan Sufi antara lain ;
1.) Amr al Makky dan kalangan Salaf.
Di antaranya juga para sufi mutakhir, selain Ahmad ar Rifai'y dan Abdul Karim al Jily keduanya tidak berkomentar.
Mereka yang mendukung pandangan Al Hallaj dari kalangan fuqaha' antara lain.
1.) At Tusytary dan Al Amily (Imamiyah).
2.) Ad Dilnajawy (Malikiyah).
3.) Ibnu Maqil dan An Nabulisy (Hambaliyah).
4.) Al Maqdisy, Al Yafi'y, Asy Sya'rany dan Al Bahtimy (Syafi'iyah).
2.) Ad Dilnajawy (Malikiyah).
3.) Ibnu Maqil dan An Nabulisy (Hambaliyah).
4.) Al Maqdisy, Al Yafi'y, Asy Sya'rany dan Al Bahtimy (Syafi'iyah).
Dari kalangan Mutakallimin.
Ibnu Khafif, Imam Al Gazali dan Ar Razy( kalangan Asy'ary)
serta kalangan Mutakallim Salaf.
serta kalangan Mutakallim Salaf.
Kontroversi Al Hallaj, sebenarnya terletak dari sejumlah ungkapan-ungkapannya yang sangat rahasia dan dalam. Yang tidak bisa ditangkap secara substansial oleh mereka, khususnya para fuqaha' (ahli syariat). Sehingga Al Hallaj dituduh anti syariat, lalu ia harus disalib. Pada hal tujuan utama Al Hallaj adalah bicara soal hakikat kehambaan dan Ketuhanan secara lebih transparan.
Tundingan dan tuduhan bahwa Al Hallaj penganut Wahdatul Wujud semata juga kerana tidak memahami wahana puncak-puncak ruhani Al Hallaj sebagaimana yang dialami oleh para Sufi. Banyak sekali wacana tasawuf yang mirip dengan Al Hallaj. Dan Al Hallaj tidak pernah mengaku bahwa dirinya adalah Allah sebagaimana pengakuan Fir'aun dirinya Tuhan. Dalam sejumlah wacananya, Al Hallaj senantiasa menyatakan dirinya adalah seorang hamba yang hina dan fakir. Apa yang ditampakkan oleh Al Hallaj adalah situasi dimana wahana ruhaninya menjadi dominan, sehingga kesadarannya hilang, sebagaimana mereka yang sedang jatuh cinta di puncaknya atau mereka yang sedang terkejut dalam waktu yang lama.
Al Hallaj tetap berpijak pada pandangan Al Fana', Fana'ul Fana' dan Ulama dihadirkan. Sementara Al Hallaj diseret di hadapan Sultan. Para dewan kepolisian juga dihadirkan di sisi barat, tepatnya di hari Selasa bulan Dzul Qa'idah minggu kedua Tahun 309. Ia di cabuk sekitar seribu kali cambukan, lalu kedua kakinya dipotong, menyusul kedua tangannya, lalu lehernya ditebas. Lalu tubuhnya dibakar dengan api.
Kepalanya yang dipenggal itu diangkat, ditunjukkan kepada publik dalam pagar besi. Sementara kedua tangan dan kakinya diletakan di sisi kepalanya. Ketika Al Hallaj mendekati saat-saat penyaliban, ia membisikkan kata-kata ;
" Wahai yang menolong kefanaan pada ku.....tolonglah diri ku dalam kefanaan.....Tuhanku, Engkau mengasihi orang yang menyakiti-MU, maka bagaimana Engkau tidak mengasihi orang yang lara dalam Diri-MU....Cukuplah yang satu meninggalkan yang satu bagi-NYA...." Lalu ia membaca sebuah ayat.
Sebelum meninggal dengan hukuman tragis itu, Al Hallaj mengalami hidup dari satu tahanan ke tahanan lainnya, akibat iri dan kedengkian para fuqaha' dan para ulama yang merasa terasing oleh pengaruh Al Hallaj yang mulai meluas. Boleh jadi penguasa sangat terpengaruh pula oleh bahaya massa Al Hallaj. Kalau Al Hallaj harus dihukum mati dengan disalib. Sebagaimana pernah ia ramalkan sendiri, adalah kerana ia harus menghadapi ketidak berdayaan kekuasaan. Tetapi sekali lagi, Al Hallaj adalah penganut amaliyah Syariat yang sangat patuh yang digambarkan sebagai sosok yang hafidz Al Quran, tekun sholat sepanjang malam, puasa sepanjang siang dan melakukan ibadah haji berulang kali. Hukuman mati baginya sama sekali tidak ada kaitannya dengan legitimasi bahwa dirinya salah dan benar.
Rasanya tragedi Al Hallaj menjadi hikmah yang luar biasa dalam perkembangan tasawuf. Mereka akan memahami substansi Al Hallaj. Manakala mereka juga menjalankan dan merasakan apa yang dialami oleh Al Hallaj. Sekadar menovis Al Hallaj begini dan begitu tanpa pernah menghayati substansi terdalam dalam praktek Sufistik, siapa pun akan selalu gagal memahaminya.
Ada ungkapan Sufi yang sangat arif boleh menjadi renungan kita bersama untuk sekadar merasakan sedikit dari rasa Al Hallaj.
" Orang yang sedang tenggelam di lautan tidak pernah dapat bicara, bercerita, berkata-kata, tentang tenggelam itu sendiri. Ketika ia sudah sadar dari tenggelam itu, baru ia dapat berbicara tentang kisah rahasia tenggelam tadi. Ketika ia bicara tentang tenggelam itu, posisinya bukan lagi sebagai amaliyah tenggelam, tetapi sekadar ilmu tentang tenggelam. Bedakan antara amal dan ilmu. Sebab banyak kesalah fahaman orang yang menghayati tenggelam, tidak dari amalnya tetapi dari ilmunya. Maka muncullah kesalah fahaman dalam memahami tenggelam itu sendiri."
Aku tidak pasti, apakah sahabat-sahabat faham atau tidak dengan cerita ini. Jika para sahabat-sahabat tidak memahaminya, bacalah sambil lalu saja. Bagi sahabat-sahabat yang memahaminya, Alhamdulillah, boleh lah di jadikan pelajaran dan hikmah. Ada rahasia yang tersembunyi dari kisah ini.
INILAH SEDIKIT PERYATAAN AL HALLAJ.
Allah menghijab mereka dengan Nama, lantas mereka pun menjadi hidup. Seandainya Dia menampakkan Ilmu Qudrat pada mereka, mereka akan hangus. Seandainya hijab hakikat itu disingkapkan nescaya mereka mati semua.
Tuhanku, Engkau tahu kelemahanku jauh dari rasa bersyukur kepada-MU, kerana itu bersyukurlah pada Diri-MU bukan dariku, kerana itulah sesungguhnya syukur, bukan yang lain.
Siapa yang mengandalkan amalnya ia akan tertutupi dari yang menerima amal. Siapa yang mengandalkan Allah yang menerima amal, maka ia akan tertutup dari amal.
Asma'-asma' Allah Ta'ala dari segi pemahaman adalah Nama ansich(didalam dirinya sendiri), tapi dari segi kebenaran adalah hakikat.
Bisikan Allah adalah bisikan yang sama sekali tidak mengandung kontra.
Suatu ketika Al Hallaj ditanya tentang al Murid.
Ia adalah orang yang dilemparkan menuju kepada Allah, dan tidak akan berhenti naik sehingga ketika ia sampai.
Ia adalah orang yang dilemparkan menuju kepada Allah, dan tidak akan berhenti naik sehingga ketika ia sampai.
Sama sekali tidak diperbolehkan orang yang mengenal Allah Yang Maha Tunggal atau mengingat Yang Maha Tunggal, lalu ia mengatakan :
" Aku mengenal Al Ahad.", padahal ia masih melihat individu-individu lainnya.
Siapa yang dimabukkan oleh cahaya-cahaya tauhid, ia akan tertutupi dari ungkapan-ungkapan Tajrid (menyendiri bersama Allah). Bahkan, siapa yang dimabukkan oleh cahaya-cahaya Tajrid, ia akan bicara dengan hakikat Tauhid, kerana ke mabukan itulah yang bicara dengan segala hal yang tersembunyi.
Siapa yang menempuh kebenaran dengan cahaya Iman, maka ia seperti pencari matahari dengan cahaya bintang gemilang.
Sesungguhnya Allah Ta'ala, Maha Pemberi Berkah dan Maha Luhur serta Maha Terpuji, adalah Dzat Yang Esa, Berdiri dengan Diri-NYA Sendiri dari yang lain dengan Sifat Qidam-NYA tersendiri dari yang lain-NYA dengan Ketuhanan-NYA tidak dicampuri oleh apa pun dan tidak didampingi apa pun, tidak diliputi tempat, tidak pula di temukan Waktu, tidak mampu difikirkan dan tidak bisa tercetus dalam imajinasi, tidak pula dapat dilihat pandangan.
Akulah Al Haq (Allah) Benar, Meng-anakan Dzat-NYA di sana tak ada lagi perbedaan.
Ketika ditanya tentang Tauhid, ia menjawab.
" Memisahkan yang baru dengan Yang Maha Dahulu, lalu berpaling dari yang baru dan menghadap kepada Yang Maha Dahulu dan itulah hamparan Tauhid."
Sekali lagi, sekiranya para sahabat-sahabat tidak memahami tulisan ini, bacalah sambil lalu sahaja tidak perlu ada PRO dan KONTRA. Berlapang dada lah...
Semoga ada manfaatnya dan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kita semua. Aamiin...
SEKIAN....
* ASMA' PENYEMPURNA ILMU HIKMAH.
Supaya ilmu al hikmah yang kita amalkan tirakatnya berhasil, sukses dan ilmunya merasuk/sebati maka lakukan amalan dibawah ini.
Tiap-tiap selesai melakukan ritual ilmu hikmah yang kita lakukan, maka ucapkan asma' dibawah ini 21x sambil tahan nafas dengan tangan kiri berada dikepala dan tangan kanan menyentuh perut, berikut asmaknya :
KUNCI ILMU HIKMAH.
YA LATHIFUL LIMAN YASYAA'. 21x.
Lakukanlah tiap-tiap setelah habis ritual ilmu-ilmu Hikmah. Insya Allah sebati, dapat digunakan dan berkah. Aamiin..
SEKIAN.....
LAA ILAHA ILLA ANTA SUBHANAKA INNI KUNTU MINAZ ZALIMIN. LA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAH...
SEKIAN....
TERIMA KASIH....
OLEH :
TOK PENJEJAK BADAI.
No comments:
Post a Comment